Jumat, 08 Juni 2012

Indonesia di Urutan Keenam Pangsa Penerbangan Internasional


foto
Foto: skyscrapercity.com
TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis penerbangan di Indonesia dinilai menjanjikan. International Air Transport Association (IATA) memperkirakan, selama periode 2010-2014 laju pertumbuhan penerbangan dalam negeri bisa mencapai 10 persen per tahun.

Pada 2014, IATA memprediksi jumlah penumpang domestik sebesar 38,9 juta orang. “Indonesia akan menjadi pasar terbesar kesembilan di dunia untuk perjalanan domestik,” kata Chief Executive Officer IATA, Tony Tyler, dalam konferensi persnya kemarin.

Dalam periode yang sama, Indonesia pun menjadi pasar dengan pertumbuhan jumlah perjalanan internasional tercepat keenam di dunia. Tingkat pertumbuhan tahunan berkisar 9,3 persen. Adapun jumlah penumpang untuk rute internasional pada 2014 sekitar 22,7 juta orang.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bhakti memperkirakan, pertumbuhan penumpang saban tahun bahkan lebih tinggi sekitar 15 persen. “Industri penerbangan sangat potensial,” ujarnya. Namun perkembangan ini semestinya seimbang dengan pengembangan sumber daya manusia dan jumlah maskapai.

Selama kuartal pertama yang lalu, penerbangan nasional mencatat rapor positif. PT Indonesia Air Asia menguasai pasar penerbangan internasional sebesar 43,55 persen dari total penumpang 1,87 juta orang. PT Garuda Indonesia di posisi kedua dengan penguasaan pasar 36,73 persen.

Kenaikan jumlah penumpang tergambar dari pendapatan maskapai. Sepanjang kuartal kedua tahun ini Garuda sudah meraup pendapatan Rp 6,02 triliun. Pendapatan ini naik 40,5 persen dibanding pencapaian pada periode yang sama tahun lalu. Jumlah itu juga bertambah 16 persen dibanding kuartal pertama.

Kontribusi Indonesia dan negara di Asia-Pasifik mencapai 30 persen bagi lalu lintas penerbangan dunia pada 2014. Saat ini Asia-Pasifik dan Amerika Utara berkontribusi 26 persen bagi lalu lintas penerbangan dunia. Pada 2014, Amerika Utara hanya menyumbang 23 persen.

Sedangkan keuntungan industri penerbangan dunia hingga Juni lalu mencapai US$ 6,9 miliar, naik dari prediksi IATA sebesar US$ 4 miliar. Tapi keuntungan di Asia-Pasifik menurun dari US$ 2,5 miliar pada 2011 menjadi US$ 2,3 miliar pada 2012. “Ini menjadi komponen besar dalam keuntungan industri global,” kata Tony.

Besarnya potensi industri penerbangan dalam negeri juga disetujui Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association Tengku Burhanudin. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus membaik ikut mendukung perkembangan industri penerbangan.

Menurut Tengku, kalangan pemilik maskapai penerbangan di Tanah Air telah melakukan sejumlah antisipasi dengan terus menambah jumlah pesawat dan awak pesawat. Ia menyatakan, setiap tahun setidaknya ada 40 pesawat baru yang beroperasi di Indonesia.

Industri penerbangan, kata Tony, akan memegang peranan penting di Indonesia. Hal ini mengingat Indonesia terdiri atas 18 ribu pulau yang tersebar, dengan panjang garis pantai lebih dari 5.000 kilometer. “Transportasi udara menjadi komponen penting untuk menghubungkan hampir 240 juta penduduk.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar