Jumat, 08 Juni 2012

‘Prospek bisnis penerbangan 2012 Indonesia sangat cerah’


Dengan jumlah penduduk yang mencapai sekitar 240 juta orang maka tak pelak jumlah traffic penumpang udara di Indonesia dalam satu dekade terakhir telah meningkat dengan tajam , bahkan beberapa analis penerbangan di tanah air memperkirakan jumlah penumpang uadar di Indonesia tahun 2015 akan bisa menembus jumlah penumpang mencapai kisaran 100juta penumpang moda transporatasi udara.

Kebangkitan bisnis penerbangan niaga di Indonesia dalam 5 tahun belakangan ini memang sungguh luar biasa , maskapai komuter yang didirikan tahun 2007 Susi Air yang masyarakat jarang ketahui saja sangat pesat perkembangannya dalam waktu 4 tahun terakhir ini , armadanya saat ini sudah mendekati sekitar 25 pesawat turbo propeller jenis Grand Caravan berpenumpang 12 seater keatas sampai dengan 20 seater.

Padahal di pelosok pelosok tanah banyak sekali tumbuh maskapai operator yang kelas komuter seperti Tri Nusa di NTB , Sky Aviation yang melayani beberapa kabupaten di Kalimantan , namun kurang dikenal di masyarakat pulau jawa. Kita baru jengah manakala ada beberapa pesawat Susi Air yang mengalami kecelakaan di Papua belakangan ini dan yang lebih mengagetkan pasawat pesawat turbo propeller itu di piloti oleh pilot pilot warga negara asing .

Disaat itulah kita baru menyadari kalau potensi traffic udara di Indonesia saat ini sungguh luar biasa besarnya bahkan pilot pilot asingpun dari Eropa , New Zealand pun mau bergabung dengan maskapai Susi Air untuk mencari rejeki di langit papau yang sangat jauh dari negaranya , karena pilot asli Indonesia rupanya lebih memilih lebih gengsi menjadi pilot pesawat ber mesin full jet dan maskapai besar di Indonesia – tidak mengapa itu semua adalah masalah pilihan karena memang sangat ini di Indonesia tenaga pilot sangat kekurangan setiap tahun deficit sekitar 300 pilot baru , kebutuhan pilot baru 500 pilot pertahun namun produksi dari semua sekolah pilot di Indonesia hanya mampu ‘memproduksi’ pilot baru hanya 150 pilot .

Otomatis kekurangan pilot baru ini banyak diisi oleh pilot pilot asing dari se antero dunia. Dengan jumlah armada pesawat komersiil di Indonesia data tahun 2011 diama ada sekitar 300 pesawat komersial dengan mengangkut penumpang 62 juta dengan uang yang berputar hanya 7 trilyun rupiah per tahun di udara belumlah menunjukkan kekuatan ekonomi kita di bisnis penerbangan . Sebagai gambaran dengan beberapa negara tetangga kita , seperti Singapura dengan jumlah penduduk hanya sekitar 5 juta orang , Singapura bisa mendapatkan jumlah penumpangnya 10juta per tahun , Malaysia jumlah pendudk sekitar 20 juta , Amerika USA dengan jumlah penduduk 300 jutaan mempunyai armada pesawat komersiil 3000 pesawat , Australia dengan jumlah penduduk 23 juta jumlah penumpang yang diangkut per tahun mencapai 71 juta per tahun , ratio antara jumlah penumpang dengan seringnya jumlah penduduk yang terbang per tahun – rata rata setiap penduduk akan terbang minimal 2x setahun. Jadi idealnya Indonesia dengan dengan jumlah penduduk 240 juta harusnya jumlah pesawat yang tersedia mencapai 2000 armada dengan jumlah penumpang setahun bisa mencapai 500 juta per tahun , apalagi mengingat Negara kita adalah Negara kepulauan yang memerlukan mobilitas dengan kecepatan yang cepat di era modern saat kini .

Maka prediksi jumlah penumpang pada tahun 2015 akan menembus 100 juta setahun adalah angka yang menurut analisis saya akan dengan mudah bisa di tembus oleh pebisnis penerbangan niaga di Indonesia . Apalagi saat ini beberapa maskapai sangat gencar akan menambah armada barunya secara massive , seperti Lion air yang telah memesan sebanyak 230 pesawat baru Boeing 737-900 MAX , Citilink Garuda Indonesia LCC nya maskapai Garuda juga memesan sekitar 15 Airbus 320. Seakan tidak kalah , Kartika Airline juga memesan pesawat komersial keluaran pabirkan Sukhoi Russia sebanyak 25 pesawat , belum lagi anak Lior air Wing air juga lebih memilih pesawat turbo propeller bikinan pernacis ATR.

Garuda Indoensia saat ini juga sedang memilih dua pilihan armada seater 100 pesawat pabrikan Bombardier, Canada dan Embrarer ,Brasil untuk melayani penerbanagn feeder nya nanti. Sriwijaya air juga tak mau kalah –malah sudah memesan 15 an pesawat baru dari Embrarer, Brasil. Maka tak pelak , pabrikan pesawat kelas dunia untuk small jet seperti Bombardier CRJ70 Canada dan Embrarer E 90 Brasil pada bulan Agustus 2011 yang lalu tak segan segan kedua jenis pesawat tersebut diperkenalkan dan mereka mendatangkan pesawat barunya ke Jakarta untuk melakukan demo flight ditumpangi dan dicoba oleh karyawan beberapa maskapai itu dan para CEO operator di Indonesia. Perusahaan pesawat raksasa dunia Boeing pun tak segan segan mengadakan off air seminar short course untuk para staff operator di Indonesia yang diisi oleh nara sumber pembicara dari pabrikan Boeing dari Seatle ,USA .

Ini semua menunjukkan betapa langit di Indonesia memang memiliki potensi finasial yang maha dasyat . Chairman IATA pun waktu berkunjung tahun 2011 di Jakarta – Mr Tony Tyler memprediksi perkembangan market penerbangan niaga di Asia Pasifik tahun ke depan yang paling besar adalah di China, India, dan Indonesia , maka tak heran sampai dengan tahun 2020 di Indonesia akan tetap memerlukan SDM baru 2 juta di bidang penerbangan mulai dari pilot , pramugari , staff mekanik , staf reservasi , staff ticketing , dan karyawan karyawan di bandara di seluruh Indonesia.

Perkembangan pertumbuhan bisnis penerbangan di Indonesia yanga kan tumbuh sangat cepat diatas bukannya tanpa kendala. Masih banyak tugas yang masih banyak dilakukan oleh otoritas penerbangan di Indonesia , misal saja operating hours (jam kerja) di bandara banadara di luar Jawa masih sangat terbatas , hampir semuanya tidak mungkin dilakukan ‘night flight’ karena masalah yang klasik seperti kekurangan SDM yang ada, minimalnya fasilitas di bandara bandara luar jawa seperti fasiltas ILS –Instrument landing System yang diperlukan untuk penerbangan malam hari di bandara bandara tersebut. Ini,sungguh sebuah pertanyaan besar bagi kita untuk mengoptimalkan pasar potensi bisnis penerbangan di Indonesia .

Pemain baru akan masuk th 2012

Dengan hanya Garuda Indonesia yang mengambil kue pangsa pasar kelas middle ke atas dan praktis Garuda Indonesia tidak mempunyai saingan di Full Service airline , maka nampaknya tahun 2012 Garuda tidak akan sendirian lagi , Pacific Royal airline telah mengantongi AOC ( Airline Operator of Certificate) jauh jauh hari telah mencanangkan akan head to head dengan maskapai garuda Indonesia untuk berebut kue di pasar kelas atas . Lion Air tahun 2013 juga akan berencana membuat adik kelasnya memasuki pasar kelas atas juga , maskapai bentukan Lion untuk pasar kelas atas akan dinamakan maskapai “Space Jet’ – semakin ramai saja dan tambah menarik persaingan di market high yield yang selama ini hanya dinikmati oleh Garuda Indonesia.

Tak ketingggalan di kelas Low Cost Airline ( LCC) tahun 2012 operator lama Mandala Airliine dengan manajeman baru dibawah bendera Saratoga Grup pimpinan Sandiaga Uno ancang ancang akan mulai terbang , Citilink pun aanak perusahaan Garuda yang menembak pasar LCC tahun 2012 juga mulai akan di spin off oleh induknya Garuda Indonesia dan saat ini Citilink sedang memesan sekitar 10 Airbus 320 – semakin lengkap pertumbuhan armada maskapai di tanah air , baik di maskapai Full Service Airline maupun di level maskapai LCC.

Kekuatan ekonomi udara Indonesia sangat strategis

Beberapa maskapai domestic yang pada tahun 2011 telah banyak memesan ratusan pesawat baru dari Boeing misalnya Lion Air dengan pesanan 230 pesawat B 737 seri 900 Max dan Garuda juga mencanangkan program armada 150 pesawat sampai dengan tahun 2015 , belum lagi debutan Kartika Airline memulai era baru dengan pesawat jet komersial dari Russia Sukhoi telah mengisyaratkan betapa besarnya peluang angkutan udara di tanah air. Namun jangan terlena pada tahun 2015 justru kita dihadapkan sebuah tantangan besar memasuki ASEAN Limited Open Sky , bila operator di tanah air tidak mempersiapkan sedari sekarang maka tak mungkin wilayah udara kita akan menjadi feeder empuk bagi maskapai maskpai ASEAN yang notabene sangat kuat seperti Singapore airlines, Malaysia airlines dan Thai airways .

Dalan beberapa kupasan analis pebisnis penerbangan dari Singapura di Channel news Asia ,Nampak Negara tetangga Singapura dan Malaysia sangat antuasias dalam menyongsong Asean open sky ini . maklum Indonesia dengan jumlah penduduk 240 juta meruapakan pasar empuk bagi mereka dengan entry port point ke kota kota Indonesia yang sangat ideal bagi Negara Negara tersebut ( Singapura dan Malayasia). Maka tidak heran dalan perjanjian bilateral air talk Indonesia dan Malaysia tahun 2011 yang lalu , banyak kritikan pedas dilontarkan kepada otoritas perhubungan udara kita , dalm perjanjian bilaterak tersebut posisi tawar kota kota yang dimasuki lebih menguntungkan Malaysia. Harusnya dengan posisi kita yang lebih strategis Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar , letak geographis yang luas , serta indicator pertumbuhan ekonomi yang relative stabil , ini merupakan bargaining posistion Indonesia yang sangat kuat dalam menyongsong Asean Open sky , danbola itu harus ditangan Indonesia dalam mengambil sikap yang menguntungkan dalam setiap air talk bilateral di antara Negara Asean. Sekedar illustrasi dalam konteks yang sama, dalam melindungi kepentingan ‘ integritas udara nasionalnya’ Negara maju Canada pun sangat protektif melindungi wilayah udaranya dengan membatasi maskapai Emirates ,Uni Arab Emirates dalam menambah frekuensi ke bandara bandara di Negara Canada , karena dirasa oleh Canada dalam reciprocal traffic nya sudah tidak berimbang. Pembatasan landing di Canada untuk Emirates sempat membuat CEO Emirates Sheik al Maktoub melakukan protes, namun diacuhkan saja oleh Canada , proteksi kepentingan nasional dan integritas wilayah ekonomi udara Canada sampai saat ini tidak tergoyahkan .Belajar dari Canada semoga hal tersebut dapat mengilhami pengambil keputusan otoritas udara di Indonesia.

Faktor Keselamatan udara

Hal yang perlu diperhatikan dengan semakin meningkat pesatnya pertumbuhan bisnis penerbangan di Indonesia adalah harus selalu dijaganya unsur ‘safety’ apalagi beberapa bulan terakhir ini cukup banyak operator dan beberapa pesawat latih sekolah pilot mengalami kecelakaan fatal. Sungguh mengejutkan juga , bandara sekaliber Soekarno Hatta ternyata juga mempunyai masalah besar dengan tua nya usia radar serta tenaga ATC yang minim untuk mengatur lalulintas penerbangan yang datang dan pergi melalui bandara Soekarno Hatta Tangerang , bandara ibukota yang notabene terletak di jantung ibokota RI.

Anda bisa bayangkan minimnya fasiltas di bandara bandara misalnya di Kalimanatan, Sulawesi , papua, sungguh sebua ironi besar ditengah geliat dan potensi market bisnis penerbangan di Indonesia yang sangat prosperktif namun tidak dibarengi pembangunan infrastruktur pendudukung utamanya yakni bandara penerbangan yang memenuhi standard international ( standard ICAO). Maka tak heran bila maskapai flag carrier Garuda Indonesia masih belum bisa operate –menangguhkan terbang ke kota Sorong , Merauke , karena terhadang salah satunya factor standard fasilitas bandara di kota kota tersebut .Garuda Indonesia sebagai pemegang lisensi safety internasional yang kita kenal IOSA bisa dikenakan sangsi bila mengabaikan factor standard bandara yang akan didaratinya.

Semoga PR PR besar tersebut bisa segera dicari jalan keluarnya , bahkan tidak mungkin dengan mengundang investor dari luar untuk segera membenahi fasiltas kebandaraan sehingga potensi market bisnis penerbangan di Indonesia akan terwujud dalam waktu tidak lama lagi tentu dengan tetap mengutamakan factor kenyamanan dan keselamatan penerbangan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar